Si Raja Garuda Lengan Satu tertawa besar, katanya:
“Kiranya kau masih mau uang? Kalau begitu mudah sekali.”
Kembali ia menarik tangan Si Nio, dan Si Nio mengibaskan lagi, katanya dingin:
“Meskipun aku mau uang, tetapi aku juga harus memilih orangnya.”
Wajah si Raja Garuda Lengan Satu berubah, katanya:
“Kau mau memilih orang macam apa? Lelaki tampan?”
“Lelaki tampan sudah banyak aku melihatnya, yang kukehendaki ialah laki-laki yang benar-benar jantan!”
“Itu benar, kau memilih aku tidak bisa salah lagi, aku adalah laki-laki yang jantan benar-benar,” berkata si Raja Garuda Lengan Satu sambil tertawa.
Si Nio mengawasi padanya dari atas sampai ke bawah, kemudian berkata:
“Yang kukehendaki ialah laki-laki yang hebat, apakah kau ya?”
“Sudah tentu.”
“Jikalau kau benar-benar memiliki kehebatan, perlihatkanlah padaku. Jikalau kau bisa menggerakkan hatiku, sekalipun kau tidak memberikan uang sama sekali, aku juga bersedia melayani kau.......”
“Kau tidak kenal aku, sudah tentu tidak tahu betapa hebatnya aku ini. Tetapi orang-orang dunia Kang-ouw yang pernah mendengar namaku, kalau aku sudah suruh ia pergi ke timur, ia tidak mungkin berani menuju ke barat,” berkata si Raja Garuda Lengan Satu sambil tertawa.
“Membual setiap orang pun bisa.”
“Kau tidak percaya? Baik, aku perlihatkan padamu.” berkata si Raja Garuda Lengan Satu.
Ia menggunakan tangannya dan memotong perlahan di atas meja, meja itu telah terpapas bagaikan oleh pisau tajam.
“Baik, benar kau mempunyai kepandaian. Tetapi dalam mataku masih belum cukup.........” berkata Si Nio hambar.
“Tidak perduli bagimu sudah cukup atau belum, tapi aku sudah tidak bisa sabar menunggu lagi,” berkata si Raja Garuda Lengan Satu sambil tertawa besar.
Ia menarik perlahan, Si Nio hampir jatuh dalam pelukannya.
Si Nio memejamkan matanya tanpa bergerak, katanya:
“Tenagamu besar, kalau kau hendak memperkosa aku, aku juga tidak berdaya untuk melawan. Tetapi seorang laki yang benar-benar jantan, seharusnya suruh perempuan yang mengikuti kemauannya dengan kerelaan hatinya sendiri.”
Si Raja Garuda Lengan Satu bungkam, sebab tangannya sudah bergerak, meskipun ia hanya memiliki satu tangan saja, tetapi gerakannya lebih cepat dan lebih hebat daripada orang laki lain yang mempunyai tangan dua.
Si Nio menggertak gigi, katanya sambil tertawa dingin:
“Percuma saja kau berani mengatakan sendiri seorang laki-laki jantan, kiranya kau hanya bisanya menghina seorang perempuan. Orang laki yang menghina orang perempuan bukan saja seorang yang tidak tahu malu, juga paling tidak ada harganya. Aku sungguh tidak menduga kau adalah seorang laki bertipe demikian.”
Si Raja Garuda Lengan Satu mendengus, katanya sambil tertawa:
“Kau kira aku ini orang macam apa?”
“Kulihat meskipun mukamu buruk, namun masih ada sedikit sifat laki-laki, maka aku baru mau mengikuti kau datang kemari. Tapi jikalau diganti dengan tiga orang itu, sekalipun mereka mabok dan rubuh di tanah, aku juga tidak sudi membangunkan mereka” kata Sie Nio.
Ia menarik napas perlahan, lalu katanya lagi dengan suara hambar:
“Siapa sangka aku ternyata sudah keliru melihat tentang dirimu. Tapi ini juga terpaksa cuma bisa sesalkan diriku sendiri, tidak dapat menyesalkan orang lain…………, baik… kalau kau mau lekaslah, biar bagaimana urusan ini juga tidak memerlukan banyak waktu”.
Tangan si Raja Garuda lengan satu sekarang sudah tidak begitu aktif lagi, orangnya juga diam. Sekian lama ia berada dalam keadaan tercengang, barulah lompat bangun dan berkata dengan suara keras:
“Kau sebenarnya menghendaki aku berbuat bagaimana?”
Sie Nio duduk dan berkata:
“Aku dengar, orang yang memiliki kepandaian semakin tinggi, semakin tidak suka memperlihatkan. Contohnya, Hansin di jaman dahulu, meskipun terhina disuruh merangkak di bawah selangkangan kaki orang, ia menurut saja. Orang-orang dikemudian hari baru merasakan bahwa ia itu benar-benar seorang yang hebat, sebab pada saat itu ketika ia dibunuh oleh kaum bajingan itu, masih ada yang mengaguminya dengan prestasinya dikemudian hari”.
“Apakah kau menghendaki aku merangkak di bawah selangkanganmu?”
Sie Nio merasa geli hingga tidak dapat menahan tawanya.
Kalau disaat ia tidak tertawa, hanya merupakan seorang cantik seperti patung, tapi setelah tertawa, benar-benar sangat menggiurkan, jikalau ada pria yang melihatnya dan tidak tergerak hatinya, orang itu pasti seorang laki-laki yang sudah tidak bernyawa.
Si Raja Garuda Lengan Satu tentu bukan orang mati, dengan mata terbelalak ia berkata sambil tertawa:
“Aku Su-khong Cu pernah malang melintang dalam dunia kang-ouw, tetapi jika kau benar-benar suruh aku merangkak di bawah selangkanganmu, aku juga bisa menurut.”
“Bukan itu maksudku. Tapi………..” berkata Sie Nio.
Biji matanya berputaran, kemudian berkata pula:
“Kalau kau kupukul sekali, namun tidak membalas, itulah baru laki-laki bersifat jantan. Baru benar-benar seorang laki-laki yang mempunyai keberanian.”
Si Raja Garuda Lengan satu berkata sambil tertawa besar:
“Ini sangat mudah. Kalau kau mau, kau boleh pukul aku sepuasnya, apa salahnya?”
“Benarkah?”
“Sudah tentu benar! Sekarang kau boleh coba pukul. Pukul lebih berat juga tidak halangan.” “Kalau begitu aku benar-benar hendak memukulmu”
Ia menggulung lengan bajunya, sehingga tampak tangannya yang putih.
Si Raja Garuda lengan Satu benar-benar sama sekali tidak bergerak, ia rupanya sudah terima dirinya dipukul orang.
Itulah orang lelaki yang patut dikasihani. Karena hendak menunjukkan dirinya seorang laki-laki berjiwa jantan di hadapan perempuan, karena hendak menunjukkan keberaniannya, oarng laki-laki benar-benar dapat melakukan apa saja.
Sie Nio tertawa, tangannya lalu memukul ringan.
Ia bergerak lambat, tetapi sewaktu hendak memukul muka Raja Garuda Lengan Satu, lima jari tangannya yang runcing dengan tiba-tiba melakukan totokan demikian cepat dan dengan beruntun beberapa kali, menotok empat tempat di bagian jalan darah orang itu.
Si Raja Garuda Lengan Satu jelas tidak menduga sama sekali akan tindakan Hong Sie Nio itu, ketika ia menyadari, sudah tidak keburu lagi…….. hingga ia sendiri seketika itu juga sudah berubah menjadi patung
Sementara itu Sie Nio sudah memperdengarkan suara tertawanya yang nyaring, setelah itu ia berkata:
“Baik, Raja Garuda Lengan Satu benar saja memiliki jiwa laki-laki jantan, aku kagum kepadamu!”
Si Raja Garuda Lengan Satu hanya mendelikkan matanya memandang padanya, matanya itu sudah merah membara, tapi dari mulutnya sepatah katapun tidak dapat keluar, seluruh mukanya sudah kaku.
Sie Nio berkata pula:
“Sebetulnya kau tidak perlu marah, tidak perlu sedih. Sebab tidak perduli bagaimana pintarnyapun laki-laki, kalau sudah melihat perempuan cantik, juga bisa berubah jadi linglung.”
Ia tertawa gembira, kemudian berkata lagi:
“Maka itu, ada beberapa gadis cilik berusia tujuh belas tahunan, juga bisa menipu seorang tua bangka licik yang gemar paras elok. Dalam dunia ini urusan semacam ini banyak sekali…….”
Sambil berkata demikian, tangannya meraba-raba seluruh tubuh si Raja Garuda Lengan Satu.
Si Raja Garuda Lengan Satu memakai pakaian pendek tetapi lebar.
Bungkusan kuning yang tadi berada di tangannya, justru disembunyikan dalam pakaiannnya.
Sie Nio setelah menemukan bungkusan itu, matanya bersinar semakin terang.
Ia membuka bungkusan kuning itu, di dalamnya ternyata ada kotak untuk menyimpan golok.
Golok dalam kotak itu memancarkan sinarnya yang berkilauan.
Sie Nio lama memandang golok dalam kotak itu, sedang mulutnya menggumam:
“Siauw Cap-it-long, Siauw Cap-it-long! Kau anggap dengan seorang diri aku tidak dapat merampas golok ini? Kau bukan saja terlalu memandang rendah diriku, tetapi juga terlalu memandang rendah kepada kaum wanita, betapakah besar kepintaran seorang wanit, barangkali tidak dapat dipikirkan untuk selama-lamanya oleh kalian kaum pria.”
Aih, sungguh seorang perempuan yang hebat!
Hong Sie Nio benar-benar boleh dikata seorang perempuan yang hebat.
Tetapi Hong Sie Nio bagaimanapun juga adalah seorang wanita.
Wanita jikalau melihat barang yang disenangi sendiri, lalu tidak melihat bahaya yang mengancam dirinya.
Betapa banyak laki-laki yang gemar paras elok kebanyakan semua tahu kelemahan kaum wanita ini, maka sering menggunakan barang hadiah yang menyolok dan menarik, dan menjaga serangan yang membahayakan dirinya sendiri.